Rehabilitasi Sosial untuk Disabilitas dan OYPMK Siap Kerja
OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan meskipun sudah menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh secara medis. Mereka menerima stigma negatif dari masyarakat khususnya pemberi lowongan pekerjaan.
Begitupun penyandang disabilitas. Mereka juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Mereka dianggap kurang memiliki kemampuan kerja. Kemudian dianggap akan merugikan pihak penyedia kerja secara materi karena harus menyediakan fasilitas khusus untuk mereka.
Kiat-Kiat yang Telah Dilakukan Kemensos dalam Upaya Rehabilitasi Sosial untuk Disabilitas Siap Kerja
Ibu Sumiatun S.Sos, M.Si, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kemensos mengatakan bahwa stigma negatif di masyarakat harus dihilangkan. Disabilitas juga memiliki potensi dan bisa diberdayakan. Mereka juga bisa mengembangkan potensinya. Mereka bisa bekerja secara mandiri untuk diri mereka sendiri.
"Stigma negatif yang kental di masyarakat itu salah. Sebenarnya disabilitas memiliki kemampuan baik secara fisik, sensori netra dan intelektual. Potensi kemampuan mereka bisa dikembangkan dan diberdayakan."
Kemensos untuk rehabilitasi telah memberikan program pelatihan gratis untuk disabilitas. Terlihat bahwa disabilitas bisa bekerja. Mereka merakit motor roda tiga dan sebagainya.
Kemensos juga mendorong disabilitas untuk berwirausaha. Bekerja dengan potensi diri mereka. Kemensos juga bekerja sama dengan BLK (Balai Latihan Kerja). Mereka dilatih skill komputer, elektronik, dan lainnya. Bahkan mereka diberikan bantuan modal.
Kemudian juga ada Panti Sosial Bina Netra (PSBN) yang memberikan pelatihan skill untuk disabilitas. Setelah dilatih beberapa waktu, disabilitas juga diberikan modal usaha.
Jika mengalami kekurangan modal pemda setempat bisa membantu. Bisa juga CSR dari perusahaan-perusahaan setempat yang membantu mengembangkan modal disabilitas. Bisa juga menggandeng naker setempat dan dinas UMKM bisa membantu.
Paradigma undang-undang telah banyak berubah. Dulu disabilitas dianggap sebagai objek sekarang mereka adalah subjek. Dulu isunya hanya di sektor sosial sekarang sudah multisektor.
Sehingga permasalahan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Kemensos melainkan telah menjadi tanggung jawab lintas sektor dari seluruh kementerian yang ada juga dinas-dinas yang ada di daerah.
Di Kemensos ada program Atensi untuk pemberdayaan disabilitas. Dimana sebenarnya ada 26 hak penyandang disabilitas yang salah satunya adalah hak untuk mendapatkan pekerjaan.
Kemensos pun siap membantu mempersiapkan disabilitas dengan hardskill dan softskill melalui balai-balai pelatihan milik pemerintah. Pemerintah membantu dÃsabilitas mengembangkan potensi dan kompetensinya dalam memasuki dunia kerja.
Kemensos memiliki layanan asistensi rehabilitasi sosial. Melayani beragam disabilitas dengan beragam dukungan seperti:
1. Dukungan pemenuhan hidup layak.
2. Perawatan sosial dan pengasuhan anak.
3. Dukungan Keluarga
4. Terapi fisik
5. Terapi psikososial
6. Terapi mental spiritual
7. Pelatihan koperasional atau kewirausahaan
8. Bantuan sosial
9. Dukungan aksesbilitas
Rehabilitasi sosial artinya memulihkan dan mengembangkan kemampuan disabilitas yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar melalui berbagai bentuk dukungan rehabilitasi tersebut.
"Misalkan ada disabilitas yang membutuhkan kursi roda, akan kami siapkan. Untuk mobilitas mereka dalam aktifitas sehari-hari atau bekerja."
Program Kerjabilitas Fokus Membantu Disabilitas untuk Memasuki Dunia Kerja Sektor Formal
Teti Sianipar - Direktur Program Kerjabilitas mengatakan bahwa lembaganya fokus membantu disabilitas untuk memasuki dunia kerja sektor formal. Lembaganya menggunakan teknologi secara online untuk menekan biaya dan untuk menjangkau lebih banyak disabilitas.
Ia mengatakan bahwa hasil temuan mereka selama ini disabilitas biasanya melakukan pekerjaan informal. Meskipun hal itu merupakan hal yang boleh saja namun dari segi keadilan perlu diperjuangkan untuk bisa ke informal. Dalam artian seharusnya disabilitas juga punya hak untuk bisa memilih mau pekerjaan formal atau informal.
Sekarang beberapa universitas juga sudah melakukan pendidikan inklusi dimana menyediakan jalan bagi disabilitas untuk menempuh pendidikan dinuniversitas. Dari situ beliau dan teman-teman founder kerjabilitas berfikir bahwa ada peningkatan skill disabilitas. Disabilitas harus lebih dibantu untuk bisa kerja di sektor formal sesuai dengan skill mereka.
Tantangan yang ditemui ketika membantu disabilitas masih seputar stigma negatif dari pihak penyedia kerja. Disabilitas dianggap tidak bisa kerja, tidak bisa keluar rumah, kesulitan berangkat dari rumah ke tempat kerja. Perusahan biasanya ragu. Sebenarnya ini hanya masalah ketidakpahaman. Karena padahal disabilitas ada yang lulus S1.
Kerjabilitas kemudian memberikan pemahaman kepada perusahaan tentang disabilitas. Bagaimana penyebutan disabilitas dan bukan menyebut cacat. Pemikiran bahwa ada yang cacat ada yang sempurna. Bahwa ada etika dalam hal ini. Paradigma yang etis sehingga disabilitas merasa nyaman.
Bahkan sudah ada penelitian di luar negeri bahwa ternyata perusahaan yang merekrut disabilitas justru mengalami peningkatan kinerja dan engagement. Jadi adanya disabilitas bukan berarti cost atau pengeluaran bagi perusahaan.
Kerjabilitas berupaya membantu disabilitas bekerja. Mereka apply secara mandiri. Namun setelah satu tahun ditemukan bahwa itu tidak cukup. Adanya gap yang besar antara pemahaman dunia kerja atas kebutuhan mereka yang seharusnya bisa dipenuhi oleh kemampuan dari disabilitas.
Disabilitas diberikan pelatihan softskill. Mereka diberikan training kesiapan kerja seperti memperkenalkan diri misalnya, "saya mampunya apa dan maunya bekerja di bidang apa" dan sebenarnya sektor kerja itu butuh skill yang seperti apa. Kemudian sekarang ini trennya pekerjaan seperti apa.
Lalu diberikan juga pelatihan untuk membuat rencana karir. Misalnya mereka mau jadi CSO costumer service online bank. Mereka bekerja untuk mengumpulkan pengetahuan, pengalaman, dan modal. Kemudian membuka proyeksi untuk berwirausaha ke depannya. Peta karir seperti ini perlu sekali sehingga tahu apa yang dikejar. Mau mencapai apa di tahun berapa.
Perencaan karir seperti ini biasanya tidak didapatkan disabilitas. Sementara biasanya ini didapatkan oleh siswa-siswa SMA atau didapatkan mahasiswa di perguruan tinggi.
Kemudian Kerjabilitas juga membantu menghubungkan ke BLK dibawah Kementerian Tenaga Kerja. Untuk disabilitas yang belum mempunyai skill di bidang hardskill seperti penguasaan komputer misalnya penguasaan Ms word yang berguna untuk misalnya bekerja sebagai admin di sebuah kantor.
Mereka diminta masuk ke sana untuk berlatih disana mendapatkan skill di sana. Mendapat sertifikat dan bisa lebih mudah masuk dunia kerja. Kemudian job match nya diambil lagi oleh kerjabilitas.
Sekarang sudah banyak perusahaan yang paham bahwa mereka harus merekrut tenaga kerja disabilitas. Apalagi sejak diadakannya Paragames di Indonesia beberapa tahun lalu. Itu besar pengaruhnya terhadap kesadaran masyarakat tentang disabilitas yang berkarya bukan hanya di rumah.
Lapangan kerja untuk disabilitas sekarang sudah makin meluas contohnya posisi resepsionis. Banyak juga posisi lain yang searang bisa dilakukan oleh disabilitas. Bahkan sudah banyak di berbagai perusahaan di banyak sektor. Juga ada di sektor ritel. Banyak perusahaan atau hotel yang sekarang mempekerjakan disabilitas baik front office maupun back office.
Penutup
Disabilitas sekarang telah siap kerja dengan banyaknya bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari Kemensos dan Program Kerjabilitas. Semoga lapangan pekerjaan senantiasa terbuka luas dan bertambah luas untuk disabilitas.
Post a Comment for "Rehabilitasi Sosial untuk Disabilitas dan OYPMK Siap Kerja"